BANYUURIP, Sesi tanya jawab Bupati Purworejo Agus Bastian dengan petani pada acara Panen Raya dan Serap Gabah Petani (Sergap) di Desa Sumbersari, Kecamatan Banyuurip, Rabu, (14/3) siang, jadi ajang keluhan tentang Kartu Tani.
Adalah Pamuji, petani penggarap dari Desa Sumbersari, tanpa basa-basi mengatakan, gara-gara Kartu Tani, kebutuhan pupuknya tak terpenuhi. Pasalnya, pupuk bersubsidi yang bisa ia beli dengan Kartu Tani tak cukup untuk seluruh areal sawah yang digarapnya.
Di depan Bupati dan sejumlah petinggi Purworejo lainnya Pamuji mengungkapkan kekesalannya, karena terpaksa ia harus membeli pupuk kekurangannya dengan harga yang berlipat.
“Seharusnya kan petani dipermudah mendapatkan pupuk bersubsidi. Tapi kenyataannya malah mempersulit,”ujar Pamuji.
Pernyataan Pamuji itu dibenarkan oleh sejumlah petani yang ikut hadir dalam acara tersebut. Bahkan ada yang menuding, Kartu Tani justru digunakan sebagai instrumen agar petani membayar kontan pupuk yang dibelinya.
“Agar bisa digunakan, Kartu Tani harus didebit dulu. Padahal selama ini beli pupuk bisa hutang dulu,”kata petani asal Desa Seborokrapyak.
Petani lainnya, Wasiat, mengeluhkan harga padi yang terus turun. Pada saat panen perdana, harga gabah bisa mencapai Rp 6.000/Kg, tapi sekarang turun jadi Rp 4.500. Dikhawatirkan nantinya jadi Rp 3.000.
Menanggapi keluhan tersebut, Bupati menegaskan, stok pupuk cukup untuk memenuhi kebutuhan petani pada setiap musim tanam. Jika masih ada petani yang belum mendapatkan pupuk, maka sistemnya yang perlu diubah.
Bupati juga akan mencari investor untuk membangun pabrik pengolah beras yang bisa menampung gabah petani dengan harga yang wajar. Disamping itu juga agar beras yang dihasilkan petani Purworejo untuk mencukupi kebutuhan masyarakat Purworejo.
“Beras Purworejo ada yang diberi label beras Cianjur atau Delanggu, dijual dengan harga Rp 9.000 sampai Rp 12.000. Seharusnya harganya tidak sampai segitu,”tandas Bupati. (Nas)