KUTOARJO, Pohon gaharu merupakan salah pohon yang sudah cukup dikenal masyarakat Indonesia. Galih kayu pohon gaharu memiliki nilai jual yang tinggi. Selain itu, minyak dari dari galih pohon Gaharu juga tak kalah mahalnya.
Berdasarkan data, kebutuhan gaharu dunia setiap tahun mencapai 4.000 ton dan Tiongkok merupakan salah satu negara pengimpor gaharu terbesar dengan kebutuhan per tahun mencapai 500 ton.
Dalam lima tahun terakhir ini, total ekspor gaharu Indonesia berkisar 170-573 ton dengan perkiraan perolehan devisa sebesar 26.086.350 dolar AS (2006) dan meningkat menjadi 85.987.500 dolar tahun 2010.
Karenanya tidak mengherankan bila kemudian banyak masyarakat yang mencoba membudidayakan pohon gaharu meski banyak yang gagal.
Salah seorang yang membudidayakan pohon gaharu dan tergolong berhasil adalah Satoto Sri Margiyuono (54) warga Dusun Daleman RT 03 RW 01 Desa Kaligesing, Kecamatan Kutoarjo.
“Mungkin saya orang pertama di Purworejo yang membudidayakan pohon gaharu,”kata Satoto yang juga Kepala Desa Kaligesing saat ditemui di rumahnya.
Dituturkan, Satoto memulai budidaya pohon gaharu sejak 15 tahun lalu, tepatnya tahun 2003. Sementara booming budidaya pohon gaharu di Indonesia baru mulai sekitar tahun 2006-2007.
Awalnya Satoto menanam 400 batang pohon aharu di pekarangan rumah seluas 8.000 meter. Satoto mendapat bibit dari Biotrop Bogor.
Namun karena salah perawatan, dalam perkembangannya hanya tersisa 170 batang saja.
“Untuk perawatan penyuntikan saya menjalin kerjasama dengan pihak ketiga, namun karena obatnya tidak cocok, banyak pohon yang mati, “kata Satoto.
Dari 170 pohon yang tersisa, sebanyak 104 pohon kini rata-rata sudah berukuran keliling 195 cm siap dipanen dan sudah ditawar Rp 3 miliar.
“Saya minta Rp 5 miliar, “kata Satoto.
Menurutnya, manfaat kayu gaharu sangat banyak, mulai dari daun hingga batangnya. Untuk daun bisa dijadikan teh kesehatan. Sementara batangnya dijadikan sebagai pengharum ruangan seperti dupa dan hio.
Kayu gaharu asli yang sudah mengeluarkan galih harganya bervariasi tergantung kualitasnya. Untuk kualitas super harga bisa mencapai ratusan juta rupiah per kg. Sementara minyak sulingan kayu Gaharu mencapai jutaan rupiah per cc nya. Minyak hasil sulingan kayu gaharu sebagai bahan pembuat parfum.
Disebutkan, pemasaran kayu gaharu terbesar di negara Timur Tengah dan China.
“Saya sendiri tertarik merintis budidaya pohon gaharu setelah pulang menunaikan haji dan di sana saya mengetahui jika kubutuhan kayu gaharu di Timur Tengah cukup tinggi, “kata Satoto. (Wardoyo)