PURWOREJO, Selain mengunjungi SMPN 2, dalam kunjungannya di Purworejo kali ini Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti juga menjadi pembicara kunci (keynote speech) pada acara seminar nasional (semnas). Bertema Pendekatan Deep Learning pada Pembelajaran Sekolah Dasar Era Abad 21, semnas diadakan oleh Prosi PGSD FKIP Universitas Muhamadiyah Purworejo (UMPwr).
Saat menyampaikan gagasannya dalam semnas yang digelar di Aula Kampus 2 UMPwr, Kamis (22/5/2025) itu Mendikdasmen menyoroti tentang sistem pembelajaran yang dinilai masih belum memenuhi harapan banyak pihak. Termasuk membahas hasil laporan dari UNESCO tentang sekolah tanpa belajar.
“Akibatnya menimbulkan berbagai penilaian rendah karena para siswa bisa membaca tapi tidak paham yang dibaca. Maka kita perlu melihat akar masalahnya,” ucapnya dalam forum yang dihadiri oleh Wakil Bupati Dion Agasi Setiabudi, Ketua PDM Purworejo H. Pujiono, Rektor UMPwr Teguh Wibowo beserta jajarannya.
Menteri juga menyinggung tentang learning loss atau kehilangan banyak hal, termasuk pengetahuan dari masa pembelajaran. Salah satunya karena Covid 19. Menurutnya, saat itu pembelajaran serba online dengan menggunakan teknologi masa kini, tetapi belum tentu dipahami oleh siswa. “Mereka hanya sekedar mengikuti pelajaran melalui jaringan online tapi kehilangan makna dari pembelajaran tersebut,” jelas Mu’ti.
Learning loss itupun, menurut menteri, menjadi sebab anak-anak tidak bisa membaca atau mengalami dialeksia seperti yang terjadi di Bali. Recovery dari learning loss inipun waktunya cukup lama.
Sebagai dosen, Mu’ti turut merasakannya dan mengajak mencari penyelesaian dari hulu melalui pendekatan kebijakan. Yakni memperbaiki gurunya lebih dahulu, karena mereka punya peran penting dalam menentukan arah pembelajaran yang akan diperoleh siswa.

Ia pun menekankan bahwa mengajar itu adalah menginspirasi, bukan menjejali siswa dengan pelajaran yang rumit. Termasuk pelajaran menghafal, hanya diperlukan untuk hal-hal yang dapat diterapkan.
Dirinya mengkritisi orientasi pembelajaran pada nilai. “Kita mencari jalan keluar agar belajar digeser dari orientasi angka ke ilmu. Melalui deep learning kita diajarkan kontruksi pembelajaran, termasuk AI yang memberikan makna berdasarkan input,” tegasnya.
Mendikdasmen kembali menekankan bahwa perbaikan pembelajaran dimulai dari guru terlebih dahulu. “Guru cukup mengajar enam jam tatap muka, selebihnya jadi guru wali dan ikut pelatihan. Diharapkan tidak ada lagi guru Ebiet G Ade, yakni dari pintu ke pintu, kucoba tawarkan jam mengajar,” ucapnya.
Setelah pelatihan ini, Mu’ti berjanji akan melakukan zoom meeting dengan Guru Bahasa Indonesia untuk mengetahui cara mereka mengajar. Dirinya juga mendukung rencana yang disampaikan oleh Dion agar mendekatkan guru dengan tempat tinggal agar bisa mengajar secara efektif.
Dalan kesempatan tersebut, wakil bupati menyampaikan, perkembangan zaman selain memberikan peluang juga sekaligus membawa ketidakpastian ketika semua pekerjaan diambil alih oleh teknologi.
“Tapi pendalaman pemahaman tidak bisa dialihkan oleh teknologi. Membaca program unggulan salah satu solusi menteri untuk menjawab tantangan adalah pembelajaran mendalam atau deep learning yang menekankan pada mindfull, meaningfull, dan joyfull.
“Anak-anak dipenuhi kesadaran dan suka cita serta yang paling penting tahu penerapannya. Maka dibutuhkan kreativitas dari warga pendidik karena kunci pendidikan bermutu ada di tangan pendidik,” ucap Dion. Disebutkan pula bahwa Purworejo siap mendukung program Kemendikdasmen.
“Purworejo siap jadi model percontohan pendidikan. Kami mohon arahan dan dukungan pak Menteri. Karena pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, termasuk Muhammadiyah. Terima kasih kepada keluarga besar Muhammadiyah,” ucap Dion.
Ia juga menjelaskan bahwa pihaknya tengah mengkaji agar para guru dapat bekerja di tempat yang tak jauh dari rumahnya. “Kamu ingin mencoba membuat peta kebutuhan dan domisili agar para guru bisa mengajar dan lebih baik,” ujarnya.
Dalam kegiatan tersebut Menteri didampingi Staf Khusus Bidang Kelembagaan, Staf Khusus Bidang Komunikasi dan Media, Direktur SD Muhammadiyah, Direktur Pendidikan Dasar, Kepala Balai Besar Penjaminan mutu Jawa Tengah, dan Kepala Balai Besar Guru dan Kependidikan.
Adapun seminar nasional, selain menghadirkan Kemendikdasmen sebagai keynote speech, juga dua narasumber yakni guru besar emeritus UNY, Prof. Suyanto dan guru besar UMPwr, Prof.Siska Desi.
Seperti disampaikan oleh Kaprodi PGSD FKIP UMPwr, Rintis Rizkia Pangestika, semnas merupakan kegiatan rutin yang ketujuh kalinya dengan peserta mahasiswa PGSD dan guru serta kepala sekolah sebayak 500-an orang.
“Selain berasal dari internal, juga peserta luar seperti Jakarta, Kediri, dan Tangerang dengan tujuan utamanya berdiskusi hasil penelitian yang telah dilakukan, selain narsum menyampaikan hasil penelitian. Tujuannya adalah adanya artikel yang akan diterbitkan untuk jurnal nasional,” tutur Rintis. (Dia)