PURWOREJO, Puluhan delegasi dari 7 negara ASEAN dan 6 negara non-ASEAN menyatu di Purworejo dalam ASEAN Exchange Visit 2018, Rabu (24/10). Kedatangan mereka untuk belajar serta berdiskusi terkait penguatan peran koperasi pertanian dalam pengelolaan rantai nilai kelapa dan penciptaan lapangan kerja di daerah pedesaan.
Ketujuh negara ASEAN itu yakni Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja, Filipina, Malaysia dan Indonesia. Sementara 6 negara di luar ASEAN yakni Timor Leste, Salomon, Fiji, Papua Nugini, Samoa dan Tonga.
Sekitar 75 orang delegasi yang menjadi peserta berasal dari berbagai unsur, antara lain perwakilan pemerintah negara ASEAN, pemimpin koperasi, sektor swasta, dan akademisi.
Rombongan yang dipimpin Victoria Boru Simanungkalit, Plt Sekretaris Deputi Pertanian dan Perkebunan Kementerian Koperasi dan UKM RI, diterima Wakil Bupati Purworejo Yuli Hastuti, SH bersama Forkompinda dan OPD terkait di Pendopo Kabupaten.
Di Pendopo, peserta melihat pameran produk unggulan Purworejo serta berdiskusi terkait tantangan dan peluang dalam rantai nilai kelapa. Para delegasi selanjutnya mengunjungi gudang sentra produksi gula kristal milik Koperasi Wanita (Kopwan) Srikandi.
ASEAN Exchange Visit 2018 dimotori oleh ASEAN Foundation melalui ASEAN Farmers Organitations Support Programme (AFOSP) bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia serta ASEAN Center for the Development of Agricultural Cooperative (ACEDAC).
“Kegiatan ASEAN Exchange tahun lalu di Malaysia dan tahun ini kita (Indonesia) tuan rumah. Melalui ini kita sharing dalam rangka masyarakat ekonomi ASEAN. Kita ingin saling bersinergi, bukan bersaing dalam rangka meningkatkan ekonomi masing-masing negara,” kata Victoria Boru.
Menurutnya, Purworejo dipilih menjadi lokasi kegiatan karena memiliki Kopwan Skrikandi yang sukses mengelola koperasi pertanian kelapa. Terlebih, pemberdayaan perempuan yang dilakukan Srikandi sejalan dengan isu internasional yang sedang dikembangankan, yakni kesetaraan gender.
“Kedua, Pemda Purworejo sangat terbuka, mau sharing dan ambil bagian untuk membangun koperasi. Ini perlu dishare ke negara-negara ASEAN,” sebutnya.
Victoria menambahkan, Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kelapa. Namun, tidak sedikit petani yang belum dapat mengoptimalkan pengelolaannya. Rata-rata petani hanya memasarkan komoditi kelapa dalam bentuk utuh kelapa atau gula cetak secara perorangan.
“Kami dari kementerian koperasi mendorong bagaimana pengembangan industri kelapa dikelola dalam bentuk koperasi supaya skala ekonomi tercapai, cost bisa diefisienkan, dan juga daya tawar lebih kuat,” tandasnya. (W5)